Petang.
Membentang.
Di jeda rutinitas petang ini, aku lebih memilih duduk berdiam dari kelelahan. Ini lah masa kritisku di saat aku dituntut untuk berpikir. Entah pantas disebut berpikir atau sedang mengenang, aku tidak paham. Yang pasti aku masih belum tidur untuk melupakan semuanya. Petang ini, hanya berdiam saja dari rutinitas. Diam. Di-am. D i a m. Jika berbicara rasanya ingin muntah. Mual-mual, tapi tak ada yang keluar. Menggantung di tenggorokan, sesak di dada, dan bergumul di dalam perut. Haruskah aku ke dokter? Ha-rus-kah? H a r u s k a h ?
Menunggu tiga puluh menit kemudian untuk memastikan suara adzan kali ini akan tetap terdengar, dan kita tetap memilih berdiam. Lelah sekali.
Berpikir:
Tentang mereka mengapa selalu memilih untuk bercerita yang realistis. Tentang mereka mengapa begitu hebat?
Mengenang:
Satu per satu aku lupa, padahal aku ingin selalu mengingat tentang mereka.
Kalau orang selalu bilang, "Jadilah diri sendiri!". Kali ini aku balik, "Cobalah jadi seperti orang lain!".
No comments:
Post a Comment