Tidak perlu merasa sakit hati karena tidak diperdulikan sesaat atau beberapa saat. Tidak perlu merasa punya masalah paling berat jika satu hari saja tidak disentuh olehnya. Semua itu bukan apa-apa, kecuali jika dari kemarin kamu memang berharap tanpa mau untuk sedikit pun menoleh kepada mereka yang lain yang bisa tenang ketika mereka tidak diperdulikan dan tidak disentuh.
“Lagi ngapain?”
“Lagi bikin lagu…”
“Owh…” Kemudian tersenyum karena senang melihatnya yang bisa bahagia tanpa harus ada saya di sampingnya…
Dulu, ketika saya masih suka mengaduk-aduk emosi saat melihatnya sibuk sendiri, saya merasa diri begitu dungu. Saya seperti terlalu banyak menuntut.
“…(ngambek!)…”
“…bukan gitu. Tapi, mau bagaimana lagi, udah kayak gini dari sononya!”
“…(masih ngambek! Kemudian kabur!)…”
Hahahaha… lucu saja mengingat itu semua. Sekarang, sedang belajar untuk bisa menerima kekurangan, kritikan, kehilangan, ketidaksukaan dalam bentuk apa pun, dan sebagainya. Saya harus bisa bertahan walaupun disakiti, tapi bukan diam saja.
“Gak mudah lho menghadapi perbedaan. Mesti banyak sabar-sabar!”
“Masak sih?”
“Iya. Saya aja duuuhhh…kalo bukan karena dosa mungkin udah saya bunuh aja tuh orang!”
“Huss!!”
Tapi, memang seperti itu manusia. Mencoba dan terus mencoba untuk tetap bertahan dan menahan. Bertahan akan apa pun yang harus dijalani dan menahan akan apa pun yang tidak boleh dijalani.
Saya mungkin sudah berubah, begitu kata mama saya. Beliau akhirnya memeluk dan mencium saya. Hanya saja masih belum bisa terbaca apa saja yang menjadi pikiran dalam kepala dan perasaan di hati saya.
Jika diizinkan, saya ingin melupakan masa lalu. Saya ingin melupakan semua yang tidak pantas di saya. Tapi, itu semua tidak mungkin. Akhirnya, saya hanya bisa menebusnya dengan tetap berjiwa besar dan mengerti dengan semua ini. Ya, semua ini. Semua yang saya pikir bahwa inilah saatnya saya harus berkorban lagi. Saya mulai dengan memberi lagi. Apa saja yang bisa saya beri. Memberi yang membuat saya akan merasa kehilangan lagi. Hilang akan segala hal. Saya yang ingin dikenang baik. Saya yang ingin dicium penuh tangis saat mati tak kembali.
“Kenapa begitu cepat pergi?”
“………..”
“Maafkan saya…”
“………..”
Saya ingin semuanya baik-baik saja. Bantu saya untuk tetap membuat saya stabil dalam koordinat yang sudah ditentukan. Pikiran, hati dan jiwa saya masih terbang melayang-layang. Saya harus bisa menangkapnya agar tidak menjadi liar seperti dulu. Saya pasti bisa tetap berdamai dengan dunia.
Biarkan saya berjalan di jalan pilihan saya..
No comments:
Post a Comment