Wednesday, March 30, 2011

N


Semua berawal dari Nadi Dunia dan menjadi Nadakuna.

Entah sudah berapa kali aku bercermin. Sesaat, hanya diam memaku dengan tetap menatap. Sesaat yang lain, bergelayutan manja dengan embun nafas yang mendekat. Entah sudah berapa kali.

Entah sudah detik yang ke berapa aku masih bisa merasa hidup untuk merasakan hidup. Entah sudah berada di zaman apa, aku merasa hidup kembali untuk kembali hidup. Tapi, aku selalu ketakutan.

: nama kita ada huruf N-nya ---> AwaNg & YuNi

White Roses - Full Hd Wallpapers


Tuesday, March 29, 2011

Hari ini

Hari ini panas. Panaskah hati ini?

Tuesday, March 15, 2011

12.00 WIB

Di saat ini aku mencari kamu, di mana?
Di saat ini aku gelisah menunggu, kapan?
Di saat ini aku cemburu, siapa?
Di saat ini aku memaku, mengapa?
Di saat ini aku bertanya, apa?

M

Aku pernah sekali ingin membunuh pagi karena malam lebih bersahabat. Tapi, dengan apa? Aku ingin menghentikan pagi agar aku tetap bisa berjalan di garis malam. Tapi, untuk apa? Aku ingin mengatakan "Jangan sebut pagi! Tapi, sebutlah malam!". Kepada siapa?

Wednesday, March 9, 2011

Statue Of Jesus - Rio De Janeiro


Rio De Janeiro - Brazil


11.00 WIB

Ada kalanya menghentak-hentakkan kaki ke lantai sebagai tanda berontak.
Atau, memang begitu harusnya?
Tanpa disadar, air hujan pun terbit dari selangkangan moncong tak bertanduk.
Kupikir, mungkin ini pertanda jika aku pergi maka bunuh dirilah dia.

Duduklah aku di sampingnya.
Aku lihat kali ini air mata setelah air hujan.
Dia tarik sarungku yang sedikit bau kemenyan.
Tapi, bibirnya tidak menajam.
Heran, justru merapat dalam kuluman.

Aku bisikan cerita nenek moyang seorang kapitan.
Dia menggeleng-geleng dengan hampir empat ketukan.
Aku bingung walau masih ada senyum satu sulaman.
Sedangkan dia, aku tebak sedang menyusun raungan.

Oh, air hujan!
Mengapa kau harus terbit dari selangkangan?
Bukankah kau selalu ada di dalam, tenggelam, tergenang, melayang, tanpa pegangan?
Bukan aku meminta jawaban.
Tapi, hanya pengertian tanda bujuk tanpa perjanjian.
Nah, sekarang aku minta punya kamu tanda tangan.
Di sini! Di sini kamu bubuh, air hujan.









Jangan menangis lagi...




L

Rumahku rumah bercat putih. Tapi, ada hitam di dalamnya. Silakan buka pintu depan yang pertama. Jangan membisu saat kau lihat hanya lorong hitam berdinding kayu dua meter ke depan. Setelah sampai di ujung dua meter, jangan menggerutu jika kau disuruh memilih ke kanan atau ke kiri. Aku sarankan untuk ikuti apa hati berkata. Jika hatimu diam saja, paksa dia supaya berkata. Nah, apa yang kau pilih? Kiri? Baiklah. Aku tidak mengatakan kiri selalu neraka. Bisa saja tahun ini Tuhan berganti ide. Mungkin untuk perbaikan suasana. Jadi, jangan peduli apa kata mereka yang tak mengerti.

Setelah kau ke kiri, jangan lupa kau raba kembali lorong hitam berdinding kayu itu. Jangan kau pikir lorong itu hanya berakhir sampai di situ. Masih panjang lagi teka-teki yang harus kau pecahkan. Aha! Kau benar! Itu adalah Labirin. Mengapa? Kau merasa dijebak? Tidak. Aku tidak menjebak. Kau sendiri yang ingin datang ke rumahku. Dan, beginilah rumahku. Kau akan memasuki lorong yang panjang dengan ujung yang terkadang buntu. Jika kau menemui kebuntuan di ujung yang buntu, saranku adalah BERPIKIRLAH!

Sementara kau terus berjalan untuk mencari di ujung lorong mana pintu kamarku berada, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu. Kamu tahu mengapa Labirin berbentuk seperti mirip tembikar? Ah, aku sedang tidak punya kata untuk menyebut kata gantinya. Kamu tahu? Baiklah. Begini saja. Kamu tahu mengapa Labirin berbentuk seperti gumpalan otak yang berlipat-lipat di dalam batok kepalamu itu? Menurutku karena Labirin menuntut untuk berpikir bagaimana memecahkan pikiran. Ya apa saja bisa dijadikan pikiran. Teka-teki, rasa penasaran, masalah, imajinasi, apalagi? Di Labirin kau disuruh memilih. Memilih dengan berpikir agar tidak salah. Jika salah, buntulah yang kau dapat. Jika benar, jalan terus belum tentu menjadi akhir cerita. Aku pikir bisa saja mengapa Labirin harus dibuat seperti isi dalam otak. Supaya kamu berpikir. Maka, sekarang gunakan terus otakmu dan berhentilah bertanya kepadaku!



Aku akan menunggumu di depan pintu kamarku. O ya, lorong hitam berdinding kayu di depan kamarku itu jika dari barat terlihat seperti huruf L. Cari saja.