Thursday, February 25, 2010

Red Rose Wallpaper


Red Rose Background


MENUJU negara SEOLAH-OLAH


SEBUAH kenyataan yang mengkhawatirkan, bahkan sangat mengkhawatir, sedang menimpa negara ini. Kenyataan itu ialah Indonesia menuju negara seolah-olah. Seolah-olah itu terjadi dalam banyak hal dan celakanya menimpa berbagai aspek berbangsa dan bernegara yang strategis. Lebih celaka lagi, semua yang seolah-olah itu lama-lama diterima sebagai yang nyata, bahkan yang benar.

Sebutlah misalnya urusan perang melawan mafia peradilan. Cukup dengan membentuk sebuah tim, dan cukup sekali tim itu inspeksi mendadak ke ruang sel Ayin, mafia pun tumpas. Tepatnya, seolah-olah tumpas. Contoh lain menyangkut kinerja 100 hari pemerintahan. Dari sisi pemerintah suaranya merdu bahwa target tercapai, bahkan ada yang mengklaim mencapai 100%. Tapi dari sisi masyarakat suaranya sumbang, yaitu semua itu hanya seolah-olah tercapai. Puncaknya ialah berkembangnya kelakuan elite yang seolah-olah bertanggung jawab, padahal ramai-ramai cuci tangan.

Lihatlah soal pengucuran dana talangan Rp6,7 triliun kepada Bank Century. Saat pengambilan keputusan bailout, para pejabat Gubernur Bank Indonesia ramai-ramai ikut rapat. Komisi Keuangan di DPR juga ikut-ikutan memberikan dukungan atas keputusan tersebut. Kini, giliran kasus itu dipermasalahkan lewat Pansus Angket Bank Century, semua pemimpin ribut dan ironisnya ramai-ramai pula mereka cuci tangan.

Begitu pula halnya menyangkut berbagai kebijakan seperti pembelian pesawat kepresidenan, pengadaan mobil dinas pejabat negara, dan pembangunan pagar Istana Negara. Ketika kebijakan itu dipersoalkan di ruang publik, para pengambil keputusan itu satu per satu lempar batu sembunyi tangan. Siapakah yang bertanggung jawab, hanya seolah-olah ada.
Seolah-olah sebab tak seorang pun yang menampakkan batang hidung ketika kebijakan itu dipersoalkan. Setelah publik melupakan kasus itu, barulah mereka muncul dengan gagah perkasa memberi penjelasan. Celakanya, penjelasan itu diwarnai keseleo lidah, hingga tiga kali menyebutkan angka yang berbeda untuk harga mobil dinas.
Yang lenyap ialah watak kesatria. Itulah kualitas berani bertanggung jawab, berani mengakui kesalahan dengan jiwa besar. Tegar membongkar topeng sendiri, membongkar dunia seolah-olah. Itulah kualitas yang semestinya dimiliki elite yang disebut pemimpin. Tanpa pemimpin dengan kualitas itu, negara ini akan menuju negara seolah-olah. Negara dengan anomali, yaitu negara tetap berjalan sekalipun seolah-olah punya pemimpin.

mediaindonesia.com

COSMIC in a CUP of COFFEE


Pernah merasa tenang tapi gelisah?
Pernah merasa sakit tapi baik-baik saja?
Nafas naik turun, teratur dengan ketukan empat per empat yang lambat, tatapan kosong. Bukan mayat hidup, hanya refleksi dari alam bawah sadar. Setengah mati dia mencoba merasakan rasa yang seharusnya dirasa saat ini, tetap saja tidak bisa. Takut, itu materinya. Perasaannya heran dia tidak takut. Sementara otaknya kegirangan. Jantungnya masih berdebar-debar.
Terkontaminasi badai emisi tadi sore, katanya.
Medium khayalnya dia sentuh kembali dengan keyakinan. Tapi, tetap saja rasa takut tidak kunjung muncul. Dia mencoba untuk mengingat tentang hari ini yang sudah dilewatinya. Tidak ada yang berarti kecuali sebuah kejujuran yang lama terpendam. Setelah dipikir-pikirnya, itu masih biasa-biasa saja. Dia hanya ingin merasakan takut kembali seperti masa sebelum-sebelumnya. Terlalu banyak argumen yang membuat dia tetap percaya kalau dia tidak akan takut. Perasaannya yakin kalau dia masih memiliki celah kecil, sangat kecil mungkin untuk bisa disusupi oleh rasa takut. Tapi, tidak tahu di mana celah yang mungkin sangat kecil itu.
Otaknya tetap kegirangan karena massa proton sedang menetas di dalamnya.

Sunday, February 21, 2010

Hi Res Underwater Pictures


Underwater Wallpaper

antara TUHAN dan NERAKA



Kata mereka kematian harus dirayakan karena saat itu lah manusia terbebas dari penderitaan di dunia.

Tapi, bagaimana dengan neraka? Tak ada manusia yang luput dari dosa sekecil apa pun itu. Kematian jika dirayakan, akan begitu miris bila ujung-ujungnya harus masuk ke neraka sekalipun cuma mencelup ujung jari ke dalam panasnya neraka. Darimana tahu neraka itu panas? Karena neraka itu dikaitkan dengan api? Apakah neraka itu memang ada? Jadi untuk apa dunia ini ada yang di dalamnya ada banyak manusia jika nantinya harus menderita lagi di neraka karena dosanya padahal di dunia sudah menderita? Tuhan belum puas bermain dengan manusia yang dijadikannya boneka-bonekaan untuk menghiburnya. Untuk apa Tuhan melakukan ini semua jika manusia hanya dipermainkan seperti ini? Tuhan kurang kerjaan. Berbahagialah manusia yang masuk ke dalam surga-Nya jika memang surga itu ada. Saya seperti orang yang kalah tentang takdir. Tapi, saya belum bisa terima tentang dongeng-dongeng masa depan itu yang dari zaman dulu selalu diceritakan orang-orang tua. Tuhan memang Maha, makanya bisa seenaknya Dia mengatur ini semua. Bahkan saya ada pun bukan karena keinginan saya.

Jadi, jangan salahkan saya jika saya ke neraka nantinya.

KEMUDIAN...

Hei, bagaimana jika neraka itu sebenarnya tidak ada?
Saya tidak tahu!

Tuesday, February 16, 2010